Jump to Indonesia - Unforgettable Tourism Experiences in Indonesia!
Ilmu Sesuatu - Berbagi Ilmu.
![]() |
Kenapa Hidup Itu Pilihan: Pilihan
Kita dan Pilihan Orang Lain |
Hidup itu Pilihan
Ada seorang wanita yang menulis
tentang anak-anak yang menghabiskan waktu di Starbucks, yang menurut
pandangannya tempat itu adalah mahal.
Menurut dia tidak tepat kalau
orang tua memberikan uang jajan kepada anak-anak dalam jumlah banyak sehingga
mereka bisa dan biasa nongkrong di Starbucks yang mahal itu.
Lalu dia membandingkan dengan
anak-anaknya yang sekolah di pesantren, diberi uang 600 ribu sebulan saja tidak
habis.
Bagi dia, ketimbang buat
nongkrong di Starbucks, mending uangnya dimanfaatkan untuk hal lain, misalnya
ditabung buat pergi ke Mekah.
Dalam bahasa dia, sebaiknya mereka beli cilok di Mekah.
Tulisan perempuan ini viral
sampai dibagikan ribuan kali.
Tulisan itu mendapat banyak
tanggapan negatif, bahkan ada yang mencemoohnya, sehingga dia tampaknya menjadi
sasaran ejekan. Kenapa sih?
Dari cara dia menyampaikan pesan,
tulisan ini termasuk dalam kategori humble brag yang cukup mengganggu.
Kesannya merendah (menyebut diri
kaum mending-mending), tapi meninggikan diri (mengaku bergaji gede), dan
merendahkan orang (menganggap orang lain tidak becus mendidik anak, karena
memberi uang jajan berlebihan).
Secara kiasan, dia seakan-akan
ingin mengukur baju orang di atas tubuhnya sendiri. Sikap semacam ini sering
disebut "hollier than thou ".
Starbucks bagi sebagian anggota
masyarakat bukan tempat mahal.
Uang jajan 5-10 juta bagi
sekelompok orang bukan hal besar.
Anak saya pernah cerita, kawan
sekelasnya waktu di SMP merayakan ulang tahun ke 17 di sebuah ballroom hotel
bintang 4.
Komentar saya, begitulah anak
orang kaya.
Di lain waktu, saya dikenalkan ke
anak SMP yang sudah main golf.
Pastinya biaya bermain golf jauh
lebih besar daripada sekadar minum di Starbucks.
Saya tidak menilainya dengan
prinsip "mending-mending". Kenapa? Lha, duit dia, kok. Terserah dia.
Ada orang-orang kaya yang memang
mendidik anak-anaknya untuk bermental kaya, dengan menikmati hal-hal yang
berbiaya tinggi.
Selain karena mereka punya uang,
tujuannya adalah untuk mengajarkan,"Ini enak, kan? Tapi ingat, kamu harus
kerja keras dan cerdik untuk bisa terus menikmati ini."
Hal seperti ini saya lakukan.
Saya ajak anak-anak saya makan di
tempat mewah, lalu saya ingatkan soal kerja keras.
Konsep semacam ini mungkin sulit
dipahami oleh mereka yang masih menganggap bahwa Starbucks saja mahal.
Sama halnya, ada banyak orang
yang sulit memahami, kok ada orang yang hidupnya irit dan pelit, tapi kok mau
menghabiskan tabungan buat pergi ke Mekkah.
Sumber: hasanudin_abdurakhman
Penutup
Sekian penjelasan singkat mengenai Kenapa Hidup Itu Pilihan: Pilihan Kita dan Pilihan Orang Lain. Semoga bisa menambah pengetahuan kita semua.