Search Suggest

Kenapa Hidup Itu Pilihan: Pilihan Kita dan Pilihan Orang Lain

Hidup itu pilihan, tentang bagaimana kita memilih hidup kita untuk menjadi lebih baik atau menjadi tidak lebih baik.
Luc Tekno
Jump to Indonesia - Unforgettable Tourism Experiences in Indonesia!
Ilmu Sesuatu - Berbagi Ilmu.

Baca Juga:

Kenapa Hidup Itu Pilihan: Pilihan Kita dan Pilihan Orang Lain

Kenapa Hidup Itu Pilihan: Pilihan Kita dan Pilihan Orang Lain

Hidup itu Pilihan

Hidup itu pilihan. Dan memang benar adanya.

Hidup itu pilihan, tentang bagaimana kita memilih hidup kita untuk menjadi lebih baik atau menjadi tidak lebih baik.

Ilustrasi hidup itu pilihan bisa dibaca pada cerita di bawah ini.

Ada seorang wanita yang menulis tentang anak-anak yang menghabiskan waktu di Starbucks, yang menurut pandangannya tempat itu adalah mahal.

Menurut dia tidak tepat kalau orang tua memberikan uang jajan kepada anak-anak dalam jumlah banyak sehingga mereka bisa dan biasa nongkrong di Starbucks yang mahal itu.

Lalu dia membandingkan dengan anak-anaknya yang sekolah di pesantren, diberi uang 600 ribu sebulan saja tidak habis.

Bagi dia, ketimbang buat nongkrong di Starbucks, mending uangnya dimanfaatkan untuk hal lain, misalnya ditabung buat pergi ke Mekah.

Dalam bahasa dia, sebaiknya mereka beli cilok di Mekah.

Tulisan perempuan ini viral sampai dibagikan ribuan kali.

Tulisan itu mendapat banyak tanggapan negatif, bahkan ada yang mencemoohnya, sehingga dia tampaknya menjadi sasaran ejekan. Kenapa sih?

Dari cara dia menyampaikan pesan, tulisan ini termasuk dalam kategori humble brag yang cukup mengganggu.

Kesannya merendah (menyebut diri kaum mending-mending), tapi meninggikan diri (mengaku bergaji gede), dan merendahkan orang (menganggap orang lain tidak becus mendidik anak, karena memberi uang jajan berlebihan).

Secara kiasan, dia seakan-akan ingin mengukur baju orang di atas tubuhnya sendiri. Sikap semacam ini sering disebut "hollier than thou ".

Starbucks bagi sebagian anggota masyarakat bukan tempat mahal.

Uang jajan 5-10 juta bagi sekelompok orang bukan hal besar.

Anak saya pernah cerita, kawan sekelasnya waktu di SMP merayakan ulang tahun ke 17 di sebuah ballroom hotel bintang 4.

Komentar saya, begitulah anak orang kaya.

Di lain waktu, saya dikenalkan ke anak SMP yang sudah main golf.

Pastinya biaya bermain golf jauh lebih besar daripada sekadar minum di Starbucks.

Saya tidak menilainya dengan prinsip "mending-mending". Kenapa? Lha, duit dia, kok. Terserah dia.

Ada orang-orang kaya yang memang mendidik anak-anaknya untuk bermental kaya, dengan menikmati hal-hal yang berbiaya tinggi.

Selain karena mereka punya uang, tujuannya adalah untuk mengajarkan,"Ini enak, kan? Tapi ingat, kamu harus kerja keras dan cerdik untuk bisa terus menikmati ini."

Hal seperti ini saya lakukan.

Saya ajak anak-anak saya makan di tempat mewah, lalu saya ingatkan soal kerja keras.

Konsep semacam ini mungkin sulit dipahami oleh mereka yang masih menganggap bahwa Starbucks saja mahal.

Sama halnya, ada banyak orang yang sulit memahami, kok ada orang yang hidupnya irit dan pelit, tapi kok mau menghabiskan tabungan buat pergi ke Mekkah.

Itulah repotnya kalau hidup orang mau ditakar dengan gaya hidup kita sendiri.


***

Sumber: hasanudin_abdurakhman

Penutup

Sekian penjelasan singkat mengenai Kenapa Hidup Itu Pilihan: Pilihan Kita dan Pilihan Orang Lain. Semoga bisa menambah pengetahuan kita semua.